Kamis, 31 Maret 2011

Kuda Lumping


Walaupun kadang menakutkan, serem, ngeri, tapi asyik juga lo gan kalo nonton pertunjukkan tarian kda lumping.
Tarian ini sebetulnya ada 3 sesi lo gan, tp waktu ntu inyong datangnya telat jadi cuma kebagian yang terakhir.
  1. Sesi pertama yaitu pertunjukkan tarian kuda lumping itu sendiri, dimana para penari mengendarai kuda tapi kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu.
  2. Sesi kedua yaitu tarian singo barong, kalau di daerah saya disebut sebagai barongan.
  3. Sesi ketiga atau terakhir atau ending atau pungkasan hehehe yaitu tarian wuru. Pada tarian ini penari ada yang kesurupan, penonton juga ada yang ikut menari bersama n kesurupan juga....
Nah itulah sekilas tentang kuda lumping dari saya gan, semoga menambah pengetahuan bagi agan maupun aganwati semua tantang budaya warisan leluhur kita.

Minggu, 27 Maret 2011

रंकांगन तेर्पुसत कोम्पोसित तिन्ग्कत Dua

25 kombinasi perlakuan,agar mendapatkan keefektifan dan keefisienan yang baik maka dilakukan perlakuan dengan rancangan faktor tidak lengkap dengan metode fraksinasi sbagai berikut:

Keterangan:

a1 = X1 maksimum

a2 = X2 maksimum

Gambar 1. Rancangan Oktagon

Dari gambar tersebut di atas, maka diperoleh fraksinasi sebagai berikut: (Tabel 2)

Tabel 3. Fraksinasi

No

Pupuk Hayati (M)

Pupuk Kimia (P)

1

1

0

2

-1

0

3

0

1

4

0

-1

5

1/2 √2

1/2 √2

6

-1/2 √2

-1/2 √2

7

-1/2 √2

1/2 √2

8

1/2 √2

-1/2 √2

9

0

0

10

0

0

11

0

0

12

0

0

13

0

0

Hasil fraksinasi diperoleh 13 hasil kombinasi perlakuan yang akan dipercobakan yaitu:


M4P2

M0P2

M2P4

M2P0

M3P3

M1P1

M1P3

M3P1

M2P2

M2P2

M2P2

M2P2

M2P2


Rabu, 03 Juni 2009

Kajian Interpretasi Citra Pada Pola Perubahan Penggunaan Lahan

  1. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Sebagai sumberdaya alam, tanah merupakan wadah atau faktor produksi strategis bagi kegiatan pembangunan untuk meningkatkankesejahteraan manusia. Pola perubahan penggunaan tanah pada dasarnya bersifat dinamis mengikuti perkembangan penduduk dan pembangunan wilayah. Akan tetapi pola perubahan penggunaan tanah yang tidak terkendali dan tidak terencana dapat berpengaruh buruk terhadap daya dukung tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap pembangunan itu sendiri. Pembangunan semacam ini tidak akan berkelanjutan.

Tanah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan. Persepsi masyarakat pada mulanya hanya melihat tanah sebagai faktor produksi dengan tuntutan produksi yang tinggi, berkembang menjadi tanah sebagai tempat kegiatan dan jasa yang dituntut untuk mampu memberikan peranannya kepada masyarakat guna memenuhi kehidupan dan penghidupan.

Akibat pembangunan untuk ekonomi pertanian, pemukiman maupun kegiatan lai, secara langsung berdampak pada timbulnya konflik keterbatasan sumberaya alam terutama lahan. Dalam pemanfaatannya, lahan sebagai sebagi sumbrdaya alam dan sebagai wadah kehidupan dan penghidupan terikat dengan tempat yang bentuk dan luasannya relatif tetap, sedang kebutuhan akan lahan smakin meningkat sebagai akibat semakin berkembangnya pembangunan.

Hal tersebut mengakibatkan timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan. Masalah-masalah tersebut antara lain:

  1. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan berubah fungsi menjadi pemukiman, perindustrian dan keperluan nonpertanian lainnya.

  2. Meluasnya lahan kritis akibat pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kelas kemampuannya.

  3. Beberapa penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan telah mengakibatkan dampak negatif yang mengganggu lingkungan hidup.

Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan harus memperhatikan asas kelestarian lingkungan dengan menekan dampak negatif seminimal mungkin. Selain itu proses pembangunan di suatu daerah harus mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang mampu mengatur alokasi kegiatan pembangunan yang mantap melalui sistem penatagunaan tanah yang slaras, serasi, dan seimbang dengan rencana tata ruang wilayah.

Pada berbagai, hal penginderaan jauh dapat diartikan sebagai suatu proses membaca. Dengan menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapat informasi tentang obyek, daerah atau fenomena yang diteliti.

Dengan penginderaan jauh melalui foto udara, maka dapat diketahui pola pengalih fungsian lahan pada suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Gambaran penggunaan dan pemanfaatan lahan dalam suatu periode memperlihatkan dinamika perubahan yang terjadi dalam penggunaan dan pemanfaatna lahan. Kurun waktu satu periode juga menunjkkuan adanya kemungkinan pembaharuan atau peminjaman kembali rencana tata ruang wilayah pada suatu daerah. Penatagunaan lahan menjadi hal yang sangat penting dalam pemantuan dan pengendalian pengalih fungsian lahan terutama lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian.


  1. Tujuan

Tujuan yang dilakukan dalam Praktik Kerja Lapang untuk :

          1. Mengetahui sistem penginderaan jauh untuk studi pola perubahan penggunaan tanah.

    1. Mengetahui pola, arah, dan perkembangan kawasan pariwisata pantai Parang Tritis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    2. Mengetahui peran Perencanaan Tata Ruang Wilayah dalam mendukung pola perubahan penggunaan tanah pada fungsi kawasan pariwisata Pantai Parang Tritis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    3. Mengetahui kesesuaian potensi wilayah kawasan pariwisata Pantai Parang Tritis Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.



  1. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah :

  1. Memperoleh pengalaman kerja di lapang.

  2. Menambah pengetahuan dan manfaat sistem penginderaan jauh.

  3. Mengetahui sistem organisasi dan sistem manajemen Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

  4. Memberikan informasi tentang pola perubahan penggunaan tanah di daerah tersebut.

  5. Memberikan informasi mengenai usaha-usaha yang telah dilakukan dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah di daerah tersebut.

  6. Memperoleh informasi mengenai permasalahan dan mengetahui cara pemecahannya dalam usaha penataan ruang dan pengembangan wilayah di daerah tersebut.













  1. TINJAUAN PUSTAKA

  1. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah ilmu seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Secara sistematis proses dan elemen yang terkait di dalam sistem penginderaan jauh meliputi proses utama yaitu pengumpulan data meliputi:

  1. Proses pengumpulan data, meliputi:

  1. Sumber energi.

  2. Perjalanan energi melalui atmosfer.

  3. Interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi.

  4. Sensor wahana pesawat terbang dan atau satelit.

  5. Numerik.

  1. Proses analisis data

Penyajian data dengan menggunakan alat interpretasi dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktorial dan atau komputer untuk menganalisis data sensor numerik. Dengan bantuan rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari (seperti peta tanah, data statistik tanah, atau data uji medan) digunakan dimana dan kapan saja bila bersedia untuk membantu di dalam analisis data. Dengan bantuan data rujukan analisis mengambil informasi tenteng jenis, bentangan, lokasi, dan kondisi berbagai sumberdaya yang dikumpulkan oleh sensor. Informasi ini kemudian disajikan biasanya dalam bentuk peta, tabel, dan suatu bahasan penggunaan lahan dan suatu laporan. Informasi tersebut diperuntukkan bagi para pengguna untuk proses pengambilan kepentingan. (Lillesand, 1990)

Menurut Roccoe (1960) dalam Sutanto (1986), metode penginderaan jauh meliputi enam tahap yaitu:


          1. Perumusan masalah dan Tujuan

Perumusan tujuan dimulai dari perumusan masalah secara jelas. Masalah dapat berupa sesuatu yang aneh, yang tidak pada tempatnya atau tidak biasa terjadi. Masalah dapat pula berupa suatu yang menimbulkan tantangan, misalnya pemotretan bagi sebagian wilayah Indonesia yang hampir selalu tertutup oleh awan. Masalah juga dapat berupa sesuatu yang apabila dibiarkan akan menimbulkan bencana, misalnya erosi tanah, penebangan hutan, dan pencamaran lingkungan. Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan landasan bagi perumusan tujuan yang ingin dicapai.


          1. Evaluasi kemampuan

Setelah masalah dan tujuan dirumuskan dengan jelas, barulah dilakukan penilaian terhadap kemampuan pelaksanaannya. Kemampuan ini menyangkut antara lain kemampuan pelaksana serta timnya, alat dan perlengkapannya, dana dan waktu yang tersedia. Antara kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai harus sesuai. Bila tidak sesuai kemampuannya harus ditingkatkan atau tujuannya harus ditinjau kembali. Misalkan untuk berbagai penelitian maka orang cenderung untuk memperoleh data serinci mungkin. Data rinci umumnya dapat disadap dari citra berskala besar. Untuk menjadi daerah luas maka penelitian dengan citra berskala besar mnjadi lama dan mahal. Kemampuan dana dan kemampuan lainnya sering tidak menopang maksud ini.


          1. Pemilihan cara kerja

Agar dapat dilakukan pemilihan cara kerja yang baik, perlu diketahui tentang perencanaan penggunaan lahan dan apa pula tugasnya. National Academy of Science (1975) dalam Sutanto mengutarakan bahwa penggunaan lahan merupakan perencanaan untuk alokasi kegiatan atas daerah lahan untuk kepentingan manusia. Tugasnya meliputi tiga rangkaian kegiatan yaitu:

  1. Memperkirakan kebutuhan akan barang dan jasa untuk saat mendatang.

  2. Memperkirakan ketersediaan lahan untuk menghitung barang dan jasa yang meliputi luas lahan, lokasi, kualitas, kapasitas dan kesesuaiannya.

  3. Mengevaluasi, melaksanakan dan membantu pengelolaan alternatif dan strategi pengawasannya.

Agar dapat melaksanakan tugas dalam butir satu dan tiga diperlukan pengetahuan tentang ketersediaan lahan yang meliputi luas, lokasi, kualitas, kapabilitas dan kesesuaiannya. Meskipun masih diperlukan data tambahan, teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk maksud tersebut. Teknik penginderaan jauh digunakan untuk menyiapkan peta dasar tanpa memperhatikan tingkat kecermatan peta tersebut. Dengan teknis penginderaan jauh maka biaya dan waktu pelaksanaannya dapat diperkecil.


          1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dengan teknik penginderaan jauh meliputi:

  1. Menyiapkan data acuan

Data acuan ialah data yang bukan bersal dari citra penginderaan jauh, akan tetapi itu diperlukan dalam interpretasi citra. Data acuan dapat berupa monografi daerah, laporan penelitian, kertas kerja untuk pertemuan ilmiah, makalah suatu majalah, buku dan peta. Data acuan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan interpretasi citra dan kecermatan hasilnya.

  1. Menyiapkan data penginderaan jauh

Data penginderaan jauh merupakan hasil perekaman objek melalui sensor buatan. Data penginderaan jauh dapat berupa citra foto, citra nonfoto, atau data numerik. Dalam menyiapkan data penginderaan jauh hars disesuaikan terlebih dahulu terhadap tujuan penelitian dan ketersediaan kemampuannya, termasuk aspek waktu, biaya, kelengkapan instrumen dan pelaksanaannya. Bila dipilih data yang berupa citra, metode analisisnya adalah analisis visual atau analisis manual. Bagi data numerik metodenya menggunakan analisis digital dengan menggunakan komputer.

Penyiapan data penginderaan jauh dapat pula berarti menyiapkan ketersediaannya dan hingga menyiapkannya hingga siap pakai. Untuk maksud siap pakai maka ada empat langkah yang harus dilakukan yaitu:


  1. Pembuatan peta indeks, peta indeks adalah peta yang menunjukkan urutan jalur, sedang pada tiap jalur terbang ada nomor yang menunjukkan urutan pemotrtannya.

  2. Penentuan orientasi, yaitu penentuan arah mata angin. Penentuan arahnya dilakukan dengan bantuan peta atau dicocokkan dengan arah di lapangan.

  3. Penghitungan skala, dilaksanakan sebelum dilakukan interpretasi citra, karena skala citra sering berlainan dengan skala yang direncanakan.

  4. Penyusunan dalam simpanan, disesuaikan dengan nomer urut pada tiap jalur terbang dan pemotretannya dan disimpan pada suatu kotak foto.

  1. Menyiapkan mosaik

Mosaik foto adalah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu lembar foto. Tujuannya yaitu untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh. Mosaik dibedakan atasmosaik terkontrol, mosaik tak terkontrol, dan mosaik setengah terkontrol. Mosaik terkontrol disusun dari foto udara yang telah mengalami retrifikasi dan rationing. Mosaik tak terkontrol dibuat dari foto udara tanpa penyesuaian skala dan ukuran lainnya. Sedang mosaik setengah terkontrol merupakan gabungan antara mosaik terkontrol dan mosaik tak terkontrol. Mosaik ini dapat dibuat dari foto tanpa retrifikasi tetapi dengan menggunakan titik kontrol, atau berdasarkan foto yang diretrifikasi tetapi tanpa titik kontrol medan (Paine (1981) dalam Sutanto (1986)).

  1. Orintsi medan

Orientasi medan dilakukan dengan membawa foto ke medan. Ujud yang tergambar di foto dicocokkan dengan ujud yang ada di medan. Dengan demikian maka hasil interpretasinya akan lebih andal kecermatannya. Orientasi medan perlu dilakukan apabila tidak diperoleh data acuan atau bila yang diinterpretasikan sulit dikenali pad foto.

          1. Interpretasi data

Di dalam penginderaan jauh istilah foto diperuntukkan secara eksklusif bagi citra yang dideteksi dan direkam pada film. Istilah generik citra digunakan untuk tiap peragaan piktorial data gambar. Jadi, rekaman piktorial suatu pengujian termal ( suatu alat pengindera elektronik) akan disebut citra termal, bukan foto termal, karena film bukan merupakan mekanisme deteksi asli untuk citra tersebut. Istilah citra berkaitan dengan tiap produk piktorial, seluruh foto termasuk citra, akan tetapi tidak semua citra merupakan foto.

Aspek interpretasi citra dapat meliputi analisis piktorial (citra) dan atau analisis data numerik. Interpretasi visual citra telah lama digunakan di dalam penginderaan jauh. Teknik ini menggunakan kemampuan pikir manusia yang paling baik untuk melakukan evaluasi kualitatif pada daerah kajian. Teknik interpretasi visual memerlukan latihan ekstensi dan bersifat intensif tenaga. Lagi pula karakteristik spektral tidak selalu di evaluasi semuanya di dalam interpretasi visual. Di dalam terapannya dimana spektral merupakan informasi yang sangat penting, lebih baik melakukan analisis numerik daripada analisis piktorial citra. Citra diperikan dengan suatu matriks nilai kecerahan secara numerik yang meliputi seluruh citra yang ingin dikaji. Nilai tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan komputer.


          1. Laporan

Laporan hasil penelitian penginderaan jauh sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Laporan hasil penelitian murni berbeda dengan hasil penelitian terapan. Perbedaan utama terletak pada analisisnya. Penelitian murni analisisnya berkisar pada bidang penginderaan jauh sendira. sedang penelitian terapan penginderaanh jauh membantu di dalam perolehan data, dan sering pula membantu di dalam analisis spasialnya. Misalnya untuk lingkungan, pertanian, geologi, atau bidang lainnya.



  1. Lahan Dan Alih Fungsi Lahan

Tanah dan lahan adalah dua istilah saling berhubungan. Tanah merupakan

Istilah tertua dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia mempunyai tiga makna. Makna pertama yang merupakan makna tradisional menyatakan tanah adalah media alami bagi pertumbuhan tumbuh-tumbuhan. Dalam makna ini perhatian lebih kepada kualitas tanah. Pada makna kedua tanah dipandang sebagai regolith atau bahan hancuran iklim, berasal dari batuan atau bahan organik yang diperlukan sebagai bahan galian atau tambang dan bahan bangunan. Pada makna ketiga tanah diperlakukan sebagai ruangan atau tempat di permukaan bumi yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan segala macam kegiatan. (Arsyad, 1989)


Makna pertama dan kedua ekuivalen dengan kata soil, sedangkan makna ketiga lebih mendekati makna land. Dalam hubungan ini lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnyasepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk juga di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO, 1976 ; dalam Arsyad, 1989). Dalam hal ini lahan mengandung makna lebih luas dibandingkan tanah.


Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Arsyad,1989). Penggunaan lahan dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Perladangan.

  2. Tanaman semusim campuran, tanah darat, tidak intensif.

  3. Tanaman semusim campuran, tanah darat, intensif.

  4. Sawah, satu kali setahun, tidak intensif.

  5. Sawah, dua kali setahun, intensif.

  6. Perkebunan rakyat (karet, kopi atau coklat, jeruk), tidak intensif.

  7. Perkebunan rakyat intensif.

  8. Perkebunan besar, tidak intensif.

  9. Perkebunan besar, intensif.

  10. Hutan produksi alami.

  11. Hutan produksi, tanaman pinus,dsb.

  12. Padang penggembalaan, tidak intensif.

  13. Hutan lindung.

  14. Cagar alam.

Penggunaan lahan nonpertanian misalnya pemukiman, perindustrian, dan lain sebagainya.


Di pedesaan tanah digunakan bagi kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi. Bagi kehidupan sosial contohnya berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi, beternak, memelihara atau menangkap ikan,menebang kayu di hutan, dan sebagainya. Jadi penggunaan tanah di wilayah pedesaan adalah untuk pertanian dalam rangka kegiatan sosial dan untuk pertanian dalam rangk kegiatan ekonomi. Di dalam tata guna lahan dapat dicari alternatif yang baik dengan mengusahakan pertanian lahan basah atau pertanian lahan kering dengan tanaman yang lebih menguntungkan dalam satuan lus, dengan meningkatnya kebutuhan.

Seiring dengan meningkatnya aktifitas pembangunan dan meningkatnya pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan juga meningkat dengan pesat, sementara ketersediaan dan luas lahan pada dasarnya tidak berubah. Walaupun kriteria lahan yang diperluan untuk setiap sektor berbeda, namun pada kenyataannya masih sering terjadi benturan kepentingan dan alih fungsi lahan.

Alih fungsi lahan mengandung pengertian perubahan penggunaan lahan oleh manusia. Alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan juga dapat bersifat sementara. Jika lahan sawah berubah menjadi kawasan pemukiman atau industri, maka alih fungsi ini bersifat permanen. Akan tetapi, jika sawah tersebut berubah menjadi perkebunan tebu maka alih fungsi lahan tersebut bersifat sementara, karena pada tahun-tahun berikutnya dapat dijadikan sawah kembali. Alih fungsi lahan permanen dampaknya lebih besar dari pada alih fungsi lahan sementara. Jika alih fungsi lahan sawah terus berlangsung, bukan tidak mungkin prestasi berswasembada Indonesia akan hilang. Dan kalau masalah beras sudah tidak dapat dikendalikan, maka cepat atau lambat akan mempengaruhi stabilitas nasional, karena beras masih merupakan komoditi politis di Indonesia.

Mujahir Utomo (1992) mengemukakan bahwa secara umum, alih fungsi dalam penggunaan lahan di atas terjadi karena:

  1. Pola pemanfaatan lahan masih sektoral.

Ada kecendeungan setaip sektor mempunyai perwilayahan komoditas masing-masing tanpa mempertimbangkan sector lain.

  1. Deliniasi antar kawasan belum jelas.

Pada umumnya batas setiap kawasan di peta cukup jelas, tetapi pada kenyataannya, di lapangan batas tersebut sangat tidak jelas atau kadang kala batas-batas yang sah hilang atau belum ditetapkan, sehingga dapat membingungkan.

  1. Kriteria kawasan belum jelas.

Kriteria setiap kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap da kawsan lainnya masih transparan, sehingga sering menimbulkan kekacauan.

  1. Koordinasi pemanfaatan ruang masih lemah.

  2. Pelaksanaan UUPA masih lemah.

Undang-undang pokok agraria masih belum dilaksanakan dengan optimal, dan masih ada hal-hal yang diatur dalam perundang-undangan.

  1. Penegakan hukum masih lemah.

Masih lemahya sanksi hukum bagi pihak-pihak tertentu yang melakukan penyimpangan pemanfaatan ruang.

Untuk menghindari alih fungsi lahan yang tidak terkendali maka alokasi pemanfaatan lahan perlu didasarkan pada lima hal yaitu dengan memperlihatkan fungsi lingkungan, estetika lingkungan, kuantitas dan kualitas ruang, pola dan struktur ruang, lokasi pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia untuk kegiatan pembangunan, serta integritas dan keamanan wilayah.














DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. Konservasi Tanah Dn Air. Penerbit IPB, Bogor.

Jayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, Dan Wilayah. Penerbit ITB, Bandung.

Kiefer, R.W, Lillesand TM. 1990. Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra. Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, Suharyadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sitorus, R. P., Santun. 2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


Mengenai Saya

Foto saya
Teranugerahkan dari cinta dan kasih kedua orang tua saya dan rahmat Dari Alloh S.W.T Seorang pria yang sudah tumbuh dewasa berasal dari keluarga yang sederhana (apa adanya). Motto hidup jadilah diri sendiri.